Selasa, 11 Mei 2010

Haruskah membolos

“Tin kenapa tadi tidak ikut pelajaran Matematika ?”, Tanya Umi padan Titin yang sedang menikmati segelas es teh di katin, sambil dengan wajah cengar-cengir.
“Ah males, lagian kagak mudeng, malah pusing kepala !”, jawab Titin sekenanya.
“Kalau aku, memang tidak suka sama pak Azis (bukan nama sebenarnya) !”, sela Anto.

Dari dialog diatas, mari kita simak kenapa seorang siswa sampai tidak ikut pelajaran alias membolos dengan berbagai alasan, jelas tindakan tersebut merupakan hal yang sangat memprihatinkan bagi kita semua, karena tugas seorang pelajar yaitu harus belajar dengan menuntut ilmu, ilmu tersebut didapat dengan cara mengikuti proses belajr mengajar di sekolah.

Kadang kita lihat pada jam pelajaran banyak anak sekolah yang nongkrong di tempat-tempat yang tidak semestinya, mereka membolos sekolah tanpa menyadari tindakan itu keliru.

Marilah coba kita kupas apa dan kenapa siswa membolos sekolah, bolos sekolah yaitu meninggalkan sekolah sebelum waktu belajar habis tanpa izin dari sekolah, dalam membolos ini kadang dilakukan secara sendiri-sendiri, kadang juga bersama teman-temanya, dalam meninggalkan sekolah sangat bervariasi dilakukannya ada yang hanya meninggalkan sekolah pada jam tertentu saja. Sehingga pada suatu saat atau pada jam tertentu kembali kesekolah. Tapi ada juga yang bolosnya sejak pergi tidak kembali ke sekolah.

Selain membolos siswa juga kadang melakukan tindakan tidak masuk sekolah tanpa izin, hanya bedanya antara bolos dengan tidak masuk tanpa izin cukup sulit. Kalau tidak masuk tanpa izin berarti tidak masuk sejak awal pelajaran sampai akhir pelajaran. Sedang bolos mungkin juga ada awal pelajaran tidak masuk kemudian pada jam tertentu dia masuk sekolah. Sehingga ia hanya mengikuti sebagai jam pelajaran saja., tidak mengikuti pelajaran secara utuh.

Apabila setiap guru mengabsen siswa pada saat mengajar maka akan diketahui akan yang tidak ikut pelajaran, akan tetapi untuk membedakan antara siswa yang bolos dengan yang tidak masuk tanpa izin agak kesulitan. Hal ini disebabkan guru yang mengajar pada saat itu tidak mengetahui kehadiran siswa tersebut pada jam pelajaran sebelumnya. Sehingga guru yang bersangkutan hanya akan menganggap siswa tersebut tidak masuk tanpa izin.

Kesulitan yang lain yaitu bagi wali kelas yang mengabsen siswa-siswinya pada jam pertama dan jam terakhir, hanya akan mengetahui kehadiran siswa pada jam pertama dan jam terakhir. Jadi kalau ada siswa yang bolos di tengah jam pelajaran juga tidak mengetahui, bagi wali kelas data awal pelajaran dan akhir sama, tetapi tidak tahu pada jam yang ditengah bila ada yang memolos maka siswa tersebut tetap dianggap masuk sekolah oleh guru yang lain, yang juga mengabsennya.

Sangsi yang diberikan kepada siswa yang melakukan tindakan tersebut diatas mestinya dalam memberikan sangsi juga harus dibedakan yaitu kategori sangsi pelanggaran antara siswa yang bolos dengan siswa yang tidak masuk tanpa izin berbeda. Karene kalau tidak masuk tanpa izin siswa yang bersangkutan mungkin dengan berbagai alasan masih dapat diterima. Tetapi kalau bolos merupakan kesengajaan bagi seorang siswa tidak ikut pelajaran. Dan umumnya kesengajaan menginggalkan pelajaran ini untuk kegiatan yang nantinya akan merugikan siswa itu sendiri. Karena kegagalan yang ia lakukan tidak ada hubungan dengan kegaitan dengan sekolah. Tidak jarang akibat bolos itu yang terkena imbasnya adalah sekolah atau orang tua/wali siswa.

Alasan mereka membolos sekolah sangat beragam, namun sebagaian besar mengatakan : Tidak senang pada mata pelajaran tertentu, tidak senang pada guru yang mengajar mata pelajaran tertentu, atau alasan lainya, seperti dalam ilustrasi diatas.

Oleh karena itu agar prose belajar mengajar dapat berjalan lancar maka sebaiknya kedua belah yaitu antara guru dan siswa saling introspeksi untuk memperbaiki diri.

Mari coba kita cari jalan keluarnya dengan haarapan dapat membantu/mengatasi masalah tersebut diatas :

A. Bagi guru mata pelajaran/bidang studi.
Apabila siswa ternyata tidak senang pada mata pelajaran yang diajarkan oleh guru, ini mungkin karena :

1. Tidak senang pada mata pelajaran terlalu sulit.

Belum tentu mata pelajaran yang termasuk kelompok eksakta yang meraka anggap sulit. Ada juga sebagian siswa yang menganggap mata pelajaran non-eksakta justru yang sulit. Apabila hal ini yang menjadi alasan bagi siswa, maka guru dapat memperbaiki metode mengajarnya yang barang kali kurang tepat bagi siswa tersebut. Hal ini bagi guru juga bukan pekerjaan yag mudah. Karena diperlukan wawasan yang luas dan mungkin juga pengalaman mengajar yang cukup, guru dalam menyajikan materi pelajaran hendaknya yang menarik, dengan methode yang bervariasi sehingga tidak membosankan, ini hampir dapat dipastikan guru dapat mengatasi permasalahan ini dengan baik.

2. Tidak senang pada guru.

Guru yang tidak disenangi oleh siswanya biasanya ada hubungan dengan mata pelajaran yang tidak disenangi oleh siswa. Sehingga apabila ada siswa yang tidak senang pada mata pelajaran tertentu maka akan tidak senang pula terhadap guru yang mengajar mata pelajaran tersebut. Biasanya mata pelajaran yang sulit siswa menganggap guru tersebut tidak dapat mengajar dengan baik. Padahal belum tentu demikian, karena mungkin betul-betul materinya sulit. Oleh Karena itu hendaknya bagi guru mata pelajaran dapat mengubah mata pelajaran yang sulit menjadi mudah. Bukan sebaliknya mengubah yang mudah menjadi sulit, selain itu guru hendaknya bersikap yang ramah tetapi tegas, simpatik mau membantu kesulitan siswa dengan system among.

B. Bagi siswa.

Siswa yang ada masalah pada saat mengikuti pelajran dapat diatasi dengan :

1. Mata pelajaran yang sulit.

Sebenarnya tidak ada/jarang ada mata pelajaran yang mudah. Karena semua mata pelajaran yang ada dalam jadwal pelajaran memang harus mendapat perhatian yang sungguh-sungguh. Oleh karena itu perhatian mestinya harus sungguh-sungguh agar mata pelajaran tidak menjadi sukar atau menganggap mudah (menyepelekan), yang berakibat nilai hasil tesnya akan jatuh. Cara yang dapat dilakukan berusaha pada saat ulangan untuk mendapatkan nilai yang baik. Nilai yang baik bukan harus mendapatkan 9 atau 10. tetapi paling tidak nilai yang dapat memperlancar tahap berikutnya, misalnya kenaikan kelas, Ebta atau masuk sekolah ke tingkat atasnya. Selalu berusaha untuk mendapat nilai naik (lebih tinggi) dari nilai sebelumnya, setidak-tidaknya mendapat nilai sama dengan sebelumnya.

2. Tidak senang pada guru tertentu.

Memang kalau orang tidak senang terhadap orang lain biasanya cukup sulit untuk mengubah menjadi senang. Namun demikian bagi seorang siswa karena merupakan kewajiban sebagai siswa atau anak terhadap orang tua sebagai mana mestinya anak terhadap orang tuanya di rumah, siswa harus mau mengembangkan sikap menghormati dan menghargai kepada Orang Tua atau orang yang dituakan, kita coba memahami tujuan kita menuntut ilmu, ilmu tidak akan mudah dipahami tanpa adanya bimbingan dari guru, oleh karena itu kita harus membuang jauh-jauh sikap yang anti pati terhadap guru sehingga akan mempermudah kita dalam mengikuti pelajaran, maka sebaiknya hal-hal yang tadinya sulit akan berubah menjadi senang. Mata pelajaran yang tadinya jelek akan menjadi baik. Dan banyak hal-hal lain yang sangat menguntungkan bagi siswa.

3. Karena alasan lain.

Dalam membolos kadang disebabkan pula oleh alasan-alasan tertentu yang kadang hanya mementingkan dirinya sendiri, tanpa memikirkan kepentingan yang lebih besa, contoh pada saat jam pelajaran membolos hanya untuk sekedar jalan-jalan di Mall. Disini hendaknya siswa harus sadar akan kepentingan yang lebih utama untuk menyongsong masa depan yaitu belajar, oleh karena itu kepentingan yang tidak penting hendaknya ditunda dilaksanakan setalah jam pelajaran sekolah selesai.

Demikian sekelumit tetang membolos, kerena kegiatan membolos sangat merugikan, maka hendaknya jangan dilakukan, karena mengapa harus membolos sekolah ?, jika malah tidak menguntungkan bagi kita saat besekalh.

Kemudian apabila proses belajar –mengajar ini dilakukan dengan sebaik-baiknya antara guru dan siswa di sekolah, maka tingkat bolosnya siswa akan berkurang. Sehingga proses belajar-mengajar akan tertib siswanya berprestasi , sekolahnya masju dan orang tua/wali menjadi pusas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar